25 September 2011

Kita Belum Sukses Karena Salah Mengartikan Makna Bersyukur


Ada seorang teman yang pernah menulis status Facebook seperti ini:
“Tuhan belum memberi Anda kekayaan, karena Anda belum siap kaya.”
Beberapa menit setelah itu, seorang teman lain – sebut saja Si X – memberi komentar:
“Jadi jangan paksakan diri. Lebih baik syukuri apapun kondisi dan posisi kita dengan penuh kesabaran.”
Sekilas, komentar Si X ini memang terkesan sangat baik dan luar biasa. Kita pun mungkin sudah sering – bahkan terbiasa – mendengar komentar atau ucapan seperti itu, bukan?
Tapi tahukah Anda, komentar seperti itulah yang sering membuat hidup kita sulit untuk sukses?
“Kok bisa? Bukankah ucapan seperti itu sangat bagus dan terpuji?”
Saya katakan TIDAK! Ucapan seperti itu justru menunjukkan sebuah kepasrahan, menerima nasib secara tak berdaya. Memang ada kata SYUKURI di dalamnya. Tapi sebenarnya, itu BUKAN bersyukur dalam arti sebenarnya!
Agar lebih jelas, coba Anda simak cerita berikut ini.
Katakanlah si A sedang butuh jam tangan. Tapi dia tak punya uang untuk membelinya. Tiba-tiba ada orang bernama B yang memberikan jam tangannya secara gratis pada A. Pasti si A sangat BERSYUKUR, mengucapkan terima kasih kepada B.
Tapi setelah mendapatkan jam tangan, si A tidak memanfaatkannya. Bahkan dia melupakan dan menyimpannya di tempat yang sangat tersembunyi.
Lantas suatu hari, si B bertanya pada A, “Mana jam tangan pemberianku? Kok tidak dipakai?”
“Hehe… maaf. Benda itu saya simpan, tapi lupa di mana. Saya bahkan sudah lupa kalau kamu pernah memberi jam tangan pada saya.”
* * *

 Teman…
Seandainya Anda adalah B, bagaimana perasaan Anda ketika menerima jawaban seperti itu? Pasti sangat kecewa, bahkan mungkin tersinggung, bukan? Anda pasti merasa si A TIDAK BERTERIMA KASIH atas pemberian Anda.
Sebaliknya, bila si A memanfaatkan jam tangan tersebut sebaik-baiknya untuk membantu dirinya sendiri menjadi orang yang lebih baik, maka Anda akan sangat senang, menganggap si A telah BERSYUKUR atas pemberian Anda.
Teman…
Selama ini kita mungkin terlanjur mengartikan SYUKUR sebatas ucapan saja. Persis seperti kisah si A di atas yang mengucapkan terima kasih kepada si B yang memberikan hadiah jam tangan padanya. Kita mungkin sering berkata:
“Alhamdulillah saya punya tangan dan kaki yang lengkap.”
“Alhamdulillah orang tua saya kaya raya.”
“Alhamdulillah, saya punya bakat menulis yang besar.”
Kita SERING merasa bahwa itulah cara bersyukur yang baik dan benar. Padahal makna syukur yang sebenarnya tidaklah sebatas itu.
Bila kita sekadar berterima kasih kepada Tuhan atas pemberianNya berupa bakat menulis kepada kita, tapi setelah itu kita sama sekali tidak berusaha memanfaatkan bakat menulis tersebut untuk meningkatkan kualitas diri kita, maka ketahuilah bahwa Tuhan kecewa pada kita. DIA menganggap kita tidak berterima kasih. DIA menggolongkan kita sebagai hambaNya yang tidak bersyukur!
* * *
Jadi Teman…
BERSYUKUR adalah sebuah konsep di dalam kehidupan kita yang memiliki TIGA UNSUR sebagai berikut:
Mengucapkan terima kasih kepada si pemberi.
Memanfaatkan pemberian tersebut sebagai modal untuk meningkatkan kualitas diri kita.
Tidak menyesali apapun yang belum kita miliki, tapi memanfaatkan apapun yang sudah kita miliki sebagai modal untuk meningkatkan kualitas diri kita.
Ketiga unsur tersebut harus ada. Tidak boleh ada yang kurang!
Nah, sekarang kita coba kembali ke komentar teman pada status Facebook di atas:
“Jadi jangan paksakan diri. Lebih baik syukuri apapun kondisi dan posisi kita dengan penuh kesabaran.”
Saya yakin Anda mulai bisa menemukan keanehan bahkan kelucuan pada kalimat di atas. Dalam persepsi saya, kalimat itu memiliki makna:
“Apa dan bagaimanapun kondisi kita, lebih baik bersabar saja. Terima saja apa adanya.”
Anda tentu setuju, kalimat atau pola pikir seperti di ataslah yang membuat hidup kita sulit untuk maju.
Kita sering menganggap bahwa “merasa kurang” identik dengan “tidak bersyukur.”


 Bila ada orang yang berkata, “Saya belum puas bila hanya punya motor. Saya ingin punya mobil juga,” sebagai orang yang tidak bersyukur atas motor yang telah dimilikinya.
Kita sering menganggap bahwa “tidak puas” identik dengan “tidak bersyukur”. Padahal keduanya beda!
“Lho, bedanya di mana?”
Tidak puas adalah sesuatu yang baik, sangat positif dan luar biasa, bila kita barengi dengan menjalankan tiga unsur bersyukur seperti yang sudah ditulis di atas. Lagipula, bukankah ketidakpuasan yang sering membuat banyak orang termotivasi untuk menciptakan berbagai inovasi baru dalam hidup kita?
Sedangkan tidak bersyukur adalah:
Menyesali atau mengeluhkan hal-hal yang belum dimilikinya, lalu merasa dia tidak bisa berbuat apapun bila hal-hal tersebut belum berhasil dia miliki.
Tidak mau memanfaatkan apapun yang sudah dia miliki untuk meningkatkan kualitas dirinya.
Dia sibuk menyesali nasibnya, tapi tidak pernah mau berusaha untuk mengubah nasib.
Jadi Teman-teman Sekalian…
Bila selama ini hidup kita belum sukses juga, namun kita merasa sudah bersyukur atas segala pemberian Tuhan kepada kita, maka percayalah bahwa sebenarnya kita belum bersyukur. Yang kita lakukan selama ini mungkin hanya menjalankan unsur syukur urutan 1, yakni MENGUCAPKAN TERIMA KASIH.
Apakah mengucapkan terima kasih saja cukup untuk membuat kita menjadi sukses? Jawabannya TIDAK!!!
Bila ingin sukses, kita harus menjalankan TIGA UNSUR SUKSES tersebut sekaligus, jangan sampai ada yang terlewat!
Semoga bermanfaat, dan salam sukses Gan (^_^)

Artikel Terkait

Silahkan berkomentar yang baik dan menarik sesuai dengan isi konten.
Komentar yang tidak diperbolehkan :

1. Berbau penghinaan SARA
2. Komentar dengan Link hidup ( akan dianggap spam )
3. Komentar tidak nyambung dengan isi postingan
EmoticonEmoticon